Vertisol merupakan salah satu order tanah yang memiliki beberapa kondisi sifat fisik yang tidak dikehendaki baik dari segi pertanian maupun teknik. Salah satu kondisi sifat fisik tersebut adalah kemampuannya untuk mengembang dan mengerut secara intensif yang menyebabkan tanah tersebut tidak stabil. Pengembangan tanah menyebabkan tanah mudah terdispersi dan pori-pori tanah tersumbat, sehingga permeabilitas tanahnya menjadi rendah.
Tanah jenis vertisol yang akan digunakan sebagai lahan pertanian akan memberikan banyak masalah terutama kesuburan yang cenderung rendah, maka solusinya adalah memperbanyak bahan organik seperti kompos dan pupuk kandang, karena benda-benda ini akan bersifat sebagai buffer/penyangga yang berfungsi mengurangi daya mengembang atau mengkerut tanah.Pengolahan tanah yang baik dapat dilakukan guna mengurangi sifat buruk yang dimiliki tanah vertisol. Dengan pengelolaan tanah yang baik diharapkan memperbaiki sifat fisik tanah vertisol, sehingga jenis tanah ini dapa lebih bermanfaat, mengingat kondisi sifat kimia seperti KTK dan kejenuhan basa yang tinggi, maka perlu di olah dengan baik agar potensi tanah dapat dimaksimalkan, terutama dalam bidang pertanian. Pengelolaan tanah yang baik tidak sekedar mengolah tanah yang sifatnya sementara, melainkaan pengolahan tanah yang mengacu pada efek keberlanjutan tanah pada suatu lahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat dan karakteristik tanah vertisol ?
2. Dimana persebaran tanah vertisol ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan tanah vertisol untuk usaha tani ?
4. Bagaimana pengolahan tanah vertisol ?
C. Tujuan
1. Mengetahui sifat dan karakteristik tanah vertisol.
2. Mengetahui persebaran tanah vertisol.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan tanah vertisol untuk usaha tani.
4. Mengetahui pengolahan tanah vertisol.
II. PEMBAHASAN
1. Sifat dan Karakteristik Tanah Vertisol
Pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua proses, yaitu terakumulasinya mineral liat 2 : 1 dan proses mengembang dan mengkerut yang terjadi secara periodik, sehingga membentuk slinckenside atau relief mikro gilgai. Lebih lanjut dikatannya bahwa ketika basah tanah menjadi sangat lekat dan plastis, tetapi kedap air. Namun, saat kering tanah menjadi sangat keras dan masif, atau membentuk pola prisma yang terpisahkan oleh rekahan. (Hardjowigeno 2010) menyatakan bahwa faktor penting dalam pembentukan tanah ini adalah adanya musim kering di setiap tahun, meskipun lama musim kering tersebut bervariasi. Di daerah yang paling kering, tanah hanya paling basah tanah hanya kering selama beberapa minggu setiap tahun.
Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi. Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Lopulisa, 2004).
2. Persebaran Tanah Vertisol
a. Persebaran Tanah Vertisol di Dunia
Tanah vertisol meliputi sekitar 335 juta hektar di seluruh dunia. Diperkirakan sekitar 150 juta hektar merupakan lahan potensial untuk pertanian. Sebaran di daerah tropis sekitar 200 juta hektar atau sekitar 4% dari luas daratan dunia. Sekitar 25% dari luasan tersebut merupakan lahan pertanian. Kebanyakan tanah vertisol ditemukan di daerah semi-arid yang memiliki rata-rata curah hujan 500-1000 mm. Namun demikian tanah ini juga ditemukan di daerah tropis basah seperti di Trinidad dimana curah hujannya 3000 mm/tahun. Sebaran tanah vertisol umumnya terdapat pada dataran rendah di beberapa negara antara lain di Sudan, India, Ethiopia, Australia, bagian barat daya USA (Texas), Uruguay, Paraguay dan Argentina. Tanah ini ditemukan di daearh dataran rendah (lembah) seperti dasar danau yang kering, endapan pinggiran sungai atau dataran rendah lainnya yang sering terendam.
b. Persebaran Tanah Vertisol di Indonesia
Di Indonesia jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 meter di atas muka laut dengan topografi agak bergelombang sampai berbukit, temperatur tahunan rata-rata 25o C dengan curah hujan kurang dari 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau nyata. Luas penyebaraan tanah vertisol di Indonesia mencapai sekitar 2,1 juta hektar yang tersebar di Nusa Tenggara Timur (0.198 juta ha), Jawa Timur (0.96 juta ha) yang terdapat di Ngawi, Bojonegoro, Nusa Tenggara Barat (0.125 juta ha) seperti di Lombok, Sumbawa, Sulawesi Selatan (0.22 juta ha), Sulawesi Utara dan Jawa Tengah (0.4 juta ha). Di Nusa Tenggara Barat, sebaran tanah vertisol terdapat di bagian selatan Lombok yang kondisinya kering dan usaha budidaya tanaman sangat tergantung pada curah hujan. Sistem pertanian yang dilakukan di daerah tersebut adalah “gogorancah”. Di Jawa Tengah antara lain terdapat di Kabupaten Wonogiri yang menerapkan sistem alley cropping atau penanaman menurut kontur. (Prasetyo, 2007).
3. Kelebihan dan Kekurangan Tanah Vertisol Untuk Usaha Tani
Tanah ini termasuk jenis yang unik diantara tanah mineral yang berkembang dari batuan kapur. Keberadaan mineral montmorilonit menyebabkan tanah ini mampu mengembang dan mengkerut. Pada musim penghujan akan mengembang, sementara pada musim kemarau tanah akan kering dan retak-retak. Kaya akan lempung, relatif memiliki pH netral sampai alkalin. Kendala dalam budidaya tanaman adalah sifat kembang kerut tanaman ini menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman (putus), selain miskin P, karena terikat mineral liat dan kandungan Ca yang tinggi. Jika akan digunakan untuk budidaya tanaman sangat perlu dipertimbangkan keberadaan irigasi.
Sifat-sifat kimia tanah verstisol umumnya memiliki kesuburan kimia yang tinggi, banyak mengandung Fe++, memiliki KPK yang relatif baik, kejenuhan basa relatif besar, kapasitas mengikat air (water holding capacity) yang tinggi dengan pH tanah 6-8,5 (Supriyo, 2008). Secara kimiawi tanah ini kaya akan hara karena mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi dengan kapasitas tukar kation tinggi dan pH netral hingga alkali. Akan tetapi tingkat kesuburannya dapat bervariasi menurut asal bahan induknya.
Prospek pemanfaatan vertisol relatif lebih sesuai jika dimanfaatkan sebagai areal persawahan, hanya saja pembuatan jaringan irigasi harus dibuat terlebih dahulu jika disekitarnya ada sumber air atau sungai. Dengan mengatur drainase, irigasi dan pengelolaan tanah disertai pemupukan bahan organik untukmemperbaiki struktur tanh, jenis tanah ini dapat memberikan hasil padi, jagung, kapas, kacang tanah dan tebu dan bebarapa tanaman perdagangan dataran rendah yang cukup baik seperti singkong dan papaya.
4. Pengolahan Tanah Vertisol
Vertisol merupakan tanah prospek pemanfaatannya cukup baik, akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengelolaan tanahnya yang relatif cukup sulit. Tanah ini bersifat lekat dan liat bila basah dan sangat keras dalam keadaan kering. Walaupun demikian tekstur tanah sangat halus, derajat kerut yang nyata dan pengembungannya yang merupakan ciri mereka menyebabkan mereka kurang sesuai untuk pertanaman daripada daerah disekitarnya. Kalau mereka mengering sehabis hujan, waktu untuk dibajak atau diolah sangat pendek. Untuk pengelolaannya tidak dapat dilaksanakan tepat pada waktunya dan mereka terbataas pada penggunaan alat kecil, sederhana karena hewan mereka tidak dapat menarik alat besar ditanah berat. Selain pengelolaan yang berat, tanah ini miskin unsur hara N dan K, karena kedua unsur hara tersebut terjepit dalam interlayer, yaitu merupakan ruang antara dua lembaran tetrahedral dengan octahedral (2:1) yang mempunyai diameter sama dengan diameter N dan K, sehingga N dan K akan terjepit didalamnya, akibatnya tanah ini menjadi kahat N dan K.
Pengolahan tanah vertisol relatif cukup sulit, maka harus diketahui keadaan kelengasan tanah pada lapisan permukaan yang memungkinkan untuk dilakukan pengolahan tanah, karena sifat fisik tanah vertisol yang jelas adalah konsistensi yang keras, sehingga untuk mengolah tanah tidak dapat menggunakan cangkul. Penggunaan traktor dan lain-lain peralatan mekanik memungkinkan untuk melakukan persiapan lahan baik untuk pembibitan maupun penanaman.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tanah vertisol tergolong mineral lempung berat monmorilonit, dengan sifat mengembang mengkerutnya yang tinggi.
2. Persebaran tanah vertisol di dunia maupun di Indonesia cukup luas.
3. Tanah vertisol merupakan tanah yang memiliki karakteristik sifat kimia yang baik, namun sifat fisiknya kurang mendukung dalam mengoptimalkan pertumbuahan tanaman.
4. Pengelolan tanah vertisol dapat dilakukan secara fisik maupun kimia untuk memperbaiki sifat yang kurang mendukkung.
B. Saran
Pemerintah dalam rangka mensejahterakan masyarakat khususnya bagi pentani, sebaiknya memperhatikan dan ikut andil dalam mensuburkan tanah di indonesia sehingga sektor pertanian lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Lopulisa, C., 2004. Tanah-Tanah Utama Dunia. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Munir. 1996. Tanah-Tanah Utama Di Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta.
Prasetyo, B.H. 2007. Perbedaan Sifat-Sifat Tanah Vertisol Dari Berbagai Bahan Induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No. 1, Halaman 20-31.
Supriyo, H. 2008. Catatan Kuliah Kesuburan Tanah Dan Pemupukan (Ktb 617). Pasca Sarjana Fakultas Kehutanan Ugm, Yogyakarta.
Baca Juga : LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH PROFIL TANAH
Comments
Post a Comment