LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR ILMU TANAHACARA IIIDERAJAT KERUT TANAH
Oleh :
KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.
Tanah merupakan suatu sitem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga fase yakni bahan-bahan padat, cair dan gas. Berat ringannya tanah mempengaruhi besarnya derajat kerut tanah . Semakin tinggi kandungan liat maka semakin besar derakat kerut tanah .
Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya, semakin tinggi bahan organik maka semakin rendah derajat kerut tanah. Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral di dalamnya, termasuk mengetahui derajat kerut tanah merupakan suatu yang penting dalam mempelajari karakteristik fisika tanah. Untuk itu pada pengamatan ini akan dibahas mengenai derajat kerut tanah pada jenis tanah entisol, ultisol, inseptisol, andisol, dan vertisol.
B. Tujuan
Mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antara jenis tanah yang diamati.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempelajari ilmu tanah dan cara untuk melestarikannya. Tanah adalah susunan butiran padat dan pori-pori yang saling berhubungan satusama lain sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai energi lebih tinggi ke titik yang mempunyai enargi lebih rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dalam mekanika. Hal ini sangat berguna didalam menganalisa kestabilan dari suatu bendungan tanah konstruksi dinding penahan tanah yang terkena gaya rembesan (Kohnke,1968).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara, dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksitanah yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah, sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya. Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk kandungan bahan organik dalam tanah tersebut. Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga. Kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman. Semana erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi fisik tanah meliputi warna,tekstur, konsistensi, dan struktur tanah (Hardjowigeno, 2010).
Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) (Hardjowigeno, 2010).
Penyusutan tanah terjadi karena adanya penurunan kadar air akibat evaporasi pada musim kering dan pengembangan terjadi karena adanya penambahan kadar air akibat musim hujan. Peristiwa itu akan berlangsung sepanjang tahun seiring dengan adanya perubahan musim sehingga mengakibatkan kerusakan infrastruktur jalan yang berakibat terhambatnya aktivitas perekonomian sehingga pengembangan wilayah menjadi lebih lambat. Untuk menanggulangi akibat peristiwa kembang susut tanah tersebut dapat dilakukan dengan mengubah gradasi butir tanah atau menjaga kadar air dalam tanah tidak mengalami perubahan (Pandulu dan Suhudi, 2012).
Derajat kerut tanah juga tidak lepas dari adanya drainase tanah. Drainase tanah yang baik akan membuat tanah subur (Nursyamsi dan Suryadi, 2000). Drainase setiap tanah berbeda-beda tergantung dari jenis tanahnya dan berbagai faktor yang mempengaruhinya (Suryono, 2007).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah botol semprot, cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet atau lap pembersih. Bahan yang digunakan andalah tanah vertisol, ultisol, inceptisol, andisol, entisol yang berukuran < 0,5 mm.
B. Prosedur Kerja
Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen.
Pasta tanah yang sudah homogen tadi dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal).
Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur di bawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir).
Perhitungan
Derajat Kerut = (diameter awal-diameter akhir )/(diameter awal) x 100 %
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengamatan derajat kerut tanah
No
|
Jenis Tanah
|
Pengamatan ke
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||
1.
|
Vertisol
|
Ø1
|
31,06
|
28,27
|
27,45
|
27,33
|
27,07
|
26,74
|
25,97
|
Ø2
|
30,27
|
27,42
|
27,10
|
27,00
|
26,76
|
26,53
|
25,66
|
||
X
|
30,66
|
27,84
|
27,27
|
27,16
|
26,91
|
26,63
|
25,81
|
||
2.
|
Ultisol
|
Ø1
|
32,04
|
31,56
|
31,12
|
31,11
|
31,05
|
31,20
|
31,11
|
Ø2
|
31,39
|
31,39
|
31,35
|
31,26
|
31,26
|
31,26
|
31,10
|
||
X
|
31,71
|
31,47
|
31,23
|
31,18
|
31,15
|
31,23
|
31,10
|
||
3.
|
Inceptiisol
|
Ø1
|
32,07
|
32,82
|
32,83
|
31,45
|
31,49
|
31,24
|
31,18
|
Ø2
|
32,70
|
32,62
|
32,10
|
32,50
|
30,58
|
31,27
|
32,20
|
||
X
|
32,885
|
32,72
|
32,455
|
31,975
|
31,535
|
31,255
|
31,19
|
||
4.
|
Andisol
|
Ø1
|
34,03
|
34,98
|
34,22
|
34,96
|
34,96
|
34,83
|
35,39
|
Ø2
|
34,01
|
34,31
|
33,84
|
34,28
|
34,29
|
34,70
|
34,09
|
||
X
|
34,02
|
34,65
|
34,03
|
33,04
|
34,35
|
34,83
|
34,74
|
||
5.
|
Entisol
|
Ø1
|
34,91
|
34,25
|
33,48
|
33,36
|
33,85
|
34,82
|
34,42
|
Ø2
|
35,06
|
34,21
|
34,85
|
34,59
|
32,89
|
32,59
|
32,49
|
||
X
|
31,715
|
31,475
|
31,23
|
31,18
|
31,15
|
31,23
|
31,10
|
B. Pembahasan
Menurut Hardjowigeno (2010) Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas tertentu. Dalam analisis besar zarah, bahan tanah dapat dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak liat,daya menahan air rendah,ukurannya yang menyebabkan pori makro lebih banyak, perkolasi cepat,sehingga aerasi dan draianse tanh pasiran relatif lebih baik.
2. Debu (0,002 mm – 0,05 mm) sebenarnya merupakan pasir mikrodan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang baik.
3. Liat (<0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sofat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas pembasahan.
Derajat kerut tanah adalah kemapuan tanah untuk mengembang dan mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Sarief, 1986).
Derajat kerut tanah diamati agar megetahui tanah apa saja yang mempunyai derajat kerut tinggi atau rendah yang nantinya berguna untuk berbagai bidang contohnya bidang pertanian. Manfaat mengetahui derajat kerut tanah adalah kita akan mengetahui kandungan penyusun tanah tersebut dan mengetahui kandungan bahan penyusunnya dan kandungan bahan organiknya, menurut Hakim, et al (1986), bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organic adalah bahan pemantap agregat tanah. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organic. Sehingga akan mudah menentukan pengolahan tanah selanjutnya maupun penentuan tanaman yang sesuai untuk jenis tanah yang sudah diketahui derajat kerutnya itu. Pengukuran derajat kerut dilakuakan selama 2 jam sekali dengan tujuan bahwa air pada tanah yang diamati sudah menguap terkena sinar matahari.
Pada praktikum acara derajat kerut tanah diperoleh data derajat kerut untuk tanah vertisol ulangan 1 = 3,022 %, ulangan 2 = 2,94 % , tanah ultisol ulangan 1 = 2,90 %, ulangan 2 = 0,92 %, tanah inseptisol ulangan 1 = 4,64 %, ulangan 2 = 5,65 %, tanah andisol ulangan 1 = - 4,00 %, ulangan 2 = - 3,18 %, tanah entisol ulangan 1 = 6,95 %, ulangan 2 = 1,50 %.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan pertama adalah inseptisol. Pada tanah Inseptisol profilnya mengandung horizon yang diperkirakan terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil dari perubahan batuan induk. Horizon tidak menggambarkan pelapukan yang hebat (Buckman and Brady, 1982). Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan ke 2 yaitu vertisol, tanah vertisol mempunyai kandungan liat yang mengembang cukup tinggi, retakan dalam dan lebar yang berkembang selama periode kering.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan ketiga adalah tanah entisol, tanah entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetick alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan. Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan keempat adalah ultisol, yang terbentuk dari pencucian dengan sifat tanah basa dan berkembang dibawah iklim panas sampai tropik, ultisol lebih hebat dilapukkan. Tanah andisol menempati urutan terakhir dari peringkat derajat kerut.
Dari praktikum yang telah dilakukan bahwa masing-masing jenis tanah mempunyai derajat kerut yang berbeda-beda. Hal tersebut disababkan oleh beberapa faktor, yaitu berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil. (Sarief, 1986).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Derajat kerut tanah pada masing – masing tanah yang diujikan, memperoleh hasil yang berbeda. Pada tanah vertisol ulangan 1 = 3,022 %, ulangan 2 = 2,94 % , tanah ultisol ulangan 1 = 2,90 %, ulangan 2 = 0,92 %, tanah inseptisol ulangan 1 = 4,64 %, ulangan 2 = 5,65 %, tanah andisol ulangan 1 = - 4,00 %, ulangan 2 = - 3,18 %, tanah entisol ulangan 1 = 6,95 %, ulangan 2 = 1,50 %.
2. Tanah inseptisol memiliki derajat kerut paling tinggi diantara tanah yang lain. Sehingga memiliki kandungan liat yang tinggi. Sementara tanah Iandisol memiliki derajat kerut tanah paling rendah, sehingga mengandung banyak pasir.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam pengamatan sehingga data yang didapat akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982. Dasar Ilmu Tanah. Bhatara Karya,
Jakarta.
Hakim, Nurhayati, M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic Tata Mc Graw-Hill Publishing. Company Ltd, Bombay.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Nursyamsi, D, ME Suryadi. 2000. Pengaruh Drainase Terputus Dan Pemupukan Terhadap Ph, Eh, Fe, dan Mn Pada Sawah Baru di Bandar Abung Lampung. Jurnal Ilmu Tanah. Vol. 2 No. 4.
Pandulum, G D, Suhudi. 2012. Peningkatan Kualitas Infrastruktur Jalan Pada Tanah Ekspansif dengan Pemanfaatan Limbah Pertanian Guna Mendukung Pengembangan Wilayah. Jurnal Teknik Sipil. Vol.12 No. 1 hlm. 123-130.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Suryono. 2007. Kemampuan Lahan dan Kesesuaian Lahan di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. Jurnal Tanah. Vol . 11 No.1.
Comments
Post a Comment