Skip to main content

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH PENGAMATAN TANAH DENGAN INDRA

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA IV
PENGAMATAN TANAH DENGAN INDRA

















Oleh :






KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017








I.    PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tanah terbentuk dari bahan-bahan mineral organik, air serta udara tersusun di dalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah itu, maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia, fisis dan biologi dari tanah yang berbeda-beda pula. Dalam tanah terdiri dari empet komponen utama ialah bahan mineral, bahan organic, udara dan air tanah.
 Tubuh alam ini dapat berdifferensiasi membentuk horizon-horizon mineral maupun organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya. Tanah merupakan medium alam untuk untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.
   Jenis tanah ada bermacam-macam, berbeda-beda menurut keadaan alamnya yang bertujuan untuk melengkapi pengetahuan, sehingga sifat-sifat dan hubungan hal-hal tersebut di atas mungkin lebih mudah diingat dan dimengerti. untuk tujuan tertentu. Tujuan akhir klasifikasi adalah kepuasan maksimum dari keinginan manusia yang tergantung pada penggunaan tanah. Oleh karena itu pengamatan tanah dengan indra penting untuk mengetahui jenis-jenis tanah.


B. Tujuan

1. Mengetahui warna dasar tanah vertisol, entisol, ultisol, inseptisol, dan andisol.
2. Mengetahui tekstur tanah vertisol, entisol, ultisol, inseptisol, dan andisol.
3. Mengetahui struktur tanah vertisol, entisol, ultisol, inseptisol, dan andisol.
4. Menegtahui konsistensi tanah vertisol, entisol, ultisol, inseptisol, dan andisol.












II.    TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah memiliki sifat- sifat fisik yang beberapa diantaranya dapat diamati dengan indra manusia. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat diamati dengan indera manusia antara lain ialah warna tanah, struktur tanah, tekstur tanah, dan konsistensi. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu (Kim Tan, 1995).
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah.Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah (Hardjowigeno,2010).
Menurut Hakim, et al (1986), terkstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam %) fraksi-fraksi pasir, debu, liat. Tekstur tanah penting kita ketahui karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, kimia dan kimia tanah.Penentuan tekstur di laboratorium dapat dilakukan dengan analisa mekanis. Terdapat beberapa metode analisis mekanis, tetapi hanya dua metode yang biasa digunakan yaitu metode pipet dan metode hydrometer bouyoucos.
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2002), gaya kohesi dalam konsistensi tanah adalah daya tarik-menarik sesama partikel akibat selaput lengas, sedangkan adhesi adalah daya tarik-menarik fase cair pada permukaan fase padat. Tentang konsistensi lembab memiliki nilai yang penting dikarenakan merupakan persyaratan yang paling baik apabila dimaksudkan bagi pengolahan di lapangan. Dalam konsistensi lembab karena selaput lengas tidak mencukupi untuk meliputi partikel-partikel tanah, maka kohesinya pun tidak cukup kuat untuk mengikat massa tanah. Akibat dari keadaan ini secara relatif tanah menjadi lebih mudah dipecah dan dibuyarkan sehingga merupakan persyaratan terbaik apabila dilakukan pengolahan dilapangan. Tentang konsistensi tanah kering antara lain dapat dikemukakan bahwa tanah yang benar-benar kering mempunyai kepadatan yang wajar (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).













III.    METODE PRAKTIKUM

A.    Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah buku Munsell Soil Color Chart, serbet atau lap. Bahan yang digunakan adalah tanah vertisol, entisol, ultisol, inseptisol, dan andisol.


B.    Prosedur Kerja
1. Warna tanah
a. Diambil sedikit tanah gumpal yang lembab secukupnya ( permukaannya tidak mengkilap), diletakkan dibawah lubang kertas buku Munsell Soil Color Chart.
b. Dicatat notasi warna ( Hue, Value, Chroma) dan nama warna.
c. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.
2. Tekstur Tanah
a. Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan air hingga tanah dapat ditekan.
b. Contoh tanah dipijit kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan kasar halusnya tanah.
Jika :
a) Bentukan benang mudah membentuk pita panjang, maka besar kemungkinan teksturnya liat,
b) Mudah patah, kemungkinan tekstur tanahnya lempung berliat dan
c) Tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika terasa lembut dan licin, berarti lempung berdebu; terasa kasar: lempung berpasir.
3. Struktur Tanah
a. Sebongkah tanah dipecah dengan cara menekan dengan jari atau dengan dijatuhkan dari ketinggian tertentu, sehingga bongkahan tanah pecah dengan alami.
b. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas struktur tanah.













IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil

a. Warna dan Tekstur Tanah


No.

Jenis Tanah
Warna Tanah

Tekstur Tanah
Notasi Warna
Nama Warna
1.

Vertisol
10 R 3/1
Dark Reddish Grey
Lempung Berdebu (SIL)
2.
Entisol
5 YR 3/2
Dark Reddish Brown
Lempung Berpasir (SL)
3.

Ultisol
10 R 5/3
Brown
Lempung Liat Berpasir (SCL)
4.

Inseptisol
5 YR 3/3
Dark Reddish Brown
Lempung Berpasir (SL)
5.
Andisol
5 YR 5/3
Reddish Brown
Lempung Berliat (CL)



a.       Struktur Tanah

No.

Jenis Tanah
Struktur Tanah
Tipe
Kelas
Derajat
1.
Vertisol
Gempal
Kasar (C) 20-55 mm
3 = Kuat
2.
Entisol
Gumpal
Halus (F) 5-10 mm
1 = Lemah
3.
Ultisol
Pejal
Kasar (C) 20-50 mm
2 = Cukupan
4.
Inseptisol
Remah
Sedang (M) 2-5 mm
1 = Lemah
5.
Andisol
Gumpal
Kasar (C) 20-50 mm
2 = Cukupan


b.      Konsistensi

No.

Jenis Tanah
Konsistensi Basah
Konsistensi Lembab
Konsistensi Kering
Kelekatan
Keliatan
1.
Vertisol
s (Lekat)
pO (Tidak plastis)
t (teguh)
h (keras)
2.
Entisol
s (Lekat)
ps (Agak plastis)
vt (sangat teguh)
sh (agak keras)
3.
Ultisol
s (Lekat)
ps (Agak plastis)
t (teguh)
vh (sangat keras)
4.
Inseptisol
s (Lekat)
Ps (Agak plastis)
f (gembur)
sh (agak keras)
5.
Andisol
sO (Tidak lekat
pO (Tidak plastis
i (lepas)
sh (agak keras)




B.  Pembahasan

Warna tanah sangat membantu para petani dan ahli-ahli tanah. Warna tanah yang bervariasi dapat diganbarkan sebagai petunjuk tentang sifat-sifat tanah. Kandungan bahan organi, kondisi drainase dan aerasi adalah sifat-sifat tanah yang berkaitan dengan warna tanah (Hakim, et al, 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi warna tanah yaitu mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit mengalami perubahan kimiawi. Sehubungan dengan warna tanah, dan untuk menjelaskan mengapa tanah mempunyai warna kelabu tua, coklat, merah dan kuning, maka kita harus melihat kapada adanya perubahan kimia dari unsur-unsur tertentu di dalam tanah, misalnya peranan mineral-mineral besi serta bahan organik (Hakim, et al, 1986). 
Warna gelap tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi. Jadi, dengan cara praktis bahan organik di dalam tanah diestimasi berdasarkan warnanya. Bahan organik dalam tanah akan menghasilkan warna kelabu gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna sebelumnya. Drainase yang jelek biasanya menjadikan akumulasi bahan-bahan organik pada lapisan atas tanah jadi memberikan warna yang gelap. Pada lapisan tanah yang lebih rendah yang sedikit mengandung bahan organik akan memberikan warna yang agak kelabu ringan, menunjukan pula keadaan drainase yang jelek. Jika pada lapisan terjadi fluktuasi (air turun-naik) maka pada lapisan ini akan terlihat karatan atau bercak yang berwarna kuning. Jika permukaan air tanah menurun dan menyebabkan aerasi tanah membaik, demikian pula kelembaban dan temperature tanah memungkinkan berlangsungnya aktivitas kimia, maka mineral-mineral besi berair berwarna kuning. Semakin kecil molekul air yang terikat dalam molekul besi oksida semakin merah warna tanah (Hakim, et al, 1986).
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain (Hanafiah, 2009). Lebih khas lagi tekstur ditentukan oleh perimbangan kandungan antara pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay), yang terdapat dalam tanah. Dalam pengukuran tekstur tanah, kerikil (gravel) dan partikel yang lebih besar tidak diperhitungkan, karena materi ini tidak mengambil peranan penting dalam penentuan tekstur tanah (Rafi’i, 1989).
Penetapan tekstur tanah di laboratorium dapat dilakukan dengan analisis mekanis. Proses penentuan jumlah separat-separat dibawah ukuran 2 mm, ialah pasir, debu, dan liat dinamakan analisis mekanis. Analisis mekanis ini umumnya dilakukan di laboratorium dan merupakan bagian yang harus ditetapkan (Hakim, et al, 1986).
Sebelum analisa mekanis dijalankan, contoh tanah kering udara harus dihancurkan dahulu, kemudian disaring dengan ayakan 2 mm. Semua krikil, sisa-sisa tanaman seperti daun dan lainnya akan dibuang. Untuk memperoleh hasil yang hasil analisa yang akurat, maka penting dilakukan adalah menghancurkan  bahan organic dan ppenambahan hydrogen peroksida ke dalam contoh tanah, perlakuan ini juga bermaksud untuk menyingkirkan bahan-bahan pengikat seperti karbonat-karbonat dan oksida-oksida dengan penambahan asam clorida. Selanjutnya, agar terdispersi sempurna, ditambahkan pula natrium hidroksida (Hakim, et al, 1986).
Struktur tanah merupakan susunan  ikatan partikel  tanah  satu  sama  lain. Ikatan  tanah  berbentuk  sebagai  agregat  tanah.  Apabila  syarat  agregat  tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar  disebut  ped,  sedangkan ikatan  yang  merupakan  gumpalan  tanah  yang  sudah   terbentuk  akibat penggarapan  tanah  disebut  clod (Baver, 1961). Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda (Hardjowigeno, 2003).
Istilah tekstur digunakan untuk menyatakan komposisi fraksi pasir, debu dan liat. Akan tetapi apabila partikel-partikel ini tersusun menjadi agregat-agregat, maka istilah istilah strukturlah yang kita gunakan. Pada dasarnya yang dinamakan struktur tanah adalah penyusunan (arrangemen) partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu, dan liat membentuk agregat-agregat yang satu dengan lainnya dibatasi oleh bidang belah alami (Hakim, et al, 1986).
Konsistensi tanah adalah derajat adhesi dan kohesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan-perubahan bentuk oleh tekanan berbagai bentuk yang mempengaruhinya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik, umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Konsistensi tanah dapat diamati pada kondisi basah, lembab, dan kering. Konsistensi tanah tergantung dari tekstur, kadar bahan organik, kadar dan khuluk bahan organik dan terutama kadar lengas tanah. Penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut, yaitu : tanah basah, tanah lembab, dan tanah kering. (Hardjowigeno, 2010).
Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh bebrapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaantanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan organik. Selain itu juga warna berfungsi untuk penentuan sifat fisik tanah, warna dapat menandai tingkatan horizon tanah.
Tekstur tanah penting untuk kita ketahui karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut (fraksi pasir, debu, liat) akan menentukan sifat-sifat fisik. Alasan lainnya adalah karena tekstur mempunyai hubungan erat dengan kemampuan tanah  menyimpan dan memegang air, aerasi serta permeabilitas, kapasitas tukar kation dan kesuburan tanah. Data tekstur juga sangat diperlukan untuk evaluasi tata air, retensi air, konduktivitas hidrolik dan kekuatan tanah.
Pengamatan struktur tanah berguna sebagai penentuan sifat fisik tanah, dengan mengamati strukturnya kita nantinya dapat menentukan bentuk tanah itu sendiri.Pengamatan konsistensi tanah berguna untuk mengetahui kekuatan gaya kohesi dan adhesi butir-butir tanah dengan benda lain dan hasil tersebut dapat dijadikan untuk  menentukan sifat fisik tanah.
Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Kita perlu mengamati konsistensi kering, lembab, dan basah karena konsistensi itu penting untuk dipertimbangkan dalam pengolahan tanah. Tanah liat dapat menjadi begitu lekat bila basah seperti membuat tajak atau sangat sukar dibajak. Konsistensi sangatlah penting dalam menentukan daya guna tanah secara praktis. Konsistensi dipakai untuk menggambarkan sifat tanah yang sangat penting yaitu hubungannya dengan pengolahan tanah. Dengan mengetahui konsistensi tanah, akan mempermudah pengolahan tanah karena tiap tanah mempunyai konsistensi yang berbeda-beda.
Dari hasil praktikum ini diperoleh warna tanah pada jenis tanah vertisol adalah dark reddish grey dengan notasi warna 10 R 3/1 (hue = 10 R, value = 3, chroma = 3) dengan tekstur tanahnya adalah lempung berdebu (SIL), pada tanah entisol warna tanahnya adalah dark reddish brown dengan notasi warna 5 YR 3/2 (hue = 5YR, value = 3, chroma = 2) dengan tekstur tanahnya adalah lempung berpasir (SL), pada tanah ultisol warrna tanahnya adalah brown notasi warna 10 R 5/3 (hue = 10 R, value = 5, chroma = 3) dengan tekstur tanahnya adalah lempung liat berpasir (SCL), pada tanah inseptisol diperoleh warna dark reddish brown dengan notasi warna 5 YR 3/3 (hue = 5 YR, value = 3, chroma = 3) dengan tekstur tanahnya adalah lempung berpasir (SL), pada tanah andisol dengan warna reddish brown dan notasi warna 5 YR 5/3 (hue = 5 YR, value = 5, chroma = 3) dengan tekstur tanah lempung berliat (CL).
Struktur tanah vertisol (tipe = gempal, kelas = kasar (C), derajat = 3);  entisol (tipe = gumpal , kelas = halus (F), derajat = 1); ultisol (tipe = pejal, kelas = kasar (C), derajat = 2); inseptisol (tipe = remah, kelas = sedang (M), derajat = 1); dan aandisol (tipe= gumpal, kelas = kasar (C), derajat = 2).
Konsistensi tanah vertisol, konsistensi basah (kelekatan = lekat s, keliatan = p0), konsistensi lembab = t (teguh), konsistensi kering = h (keras). Konsistensi tanah entisol, konsistensi basah (kelekatan = s, keliatan = ps), konsistensi lembab = vt (sangat teguh), konsistensi kering = sh (agak kering). Konsistensi tanah ultisol, konsistensi basah (kelekatan = s, keliatan = ps), konsistensi lembab = t (teguh), konsistensi kering = vh (sangat kuat). Konsistensi tanah inseptisol, konsistensi basah (kelekatan = s, keliatan = ps), konsistensi lembab = f (gembur), konsistensi kering = sh (agak keras). Konsistensi tanah andisol, konsistensi basah (kelekatan = sO, keliatan = pO), konsistensi lambab = I (lepas), konsistensi kering = sh (agak keras).
Tanah vertisol adalah tanah yang berwarna abu-abu gelap hingga kehitaman, bertektur liat, mempunyai slickenside dan rekahan yang secara periodik dapat membuka dan menutup. Tanah Vertisol umumnya terbentuk dari bahan sedimen yang mengandung mineral smektit dalam jumlah tinggi, di daerah datar, cekungan hingga berombak. Tanah ini sangat dipengaruhi oleh proses argillipedoturbation, yaitu proses pencampuran tanah lapisan atas dan bawah yang diakibatkan oleh kondisi basah dan kering yang disertai pembentukan rekahan-rekahan secara periodik. Proses-proses tersebut menciptakan struktur tanah dan pola rekahan yang sangat spesifik. Ketika basah, tanah menjadi sangat lekat dan palstis serta kedap air, tapi ketika kering, tanah menjadi sangat keras dan masif atau membentuk pola prisma yang terpisahkan oleh rekahan (Prasetyo, 2007).
Kandungan pasir pada tanah Entisol lebih tinggi dibandingkan dengan tanah Inceptisol. Dengan adanya kandungan pasir yang tinggi mengakibatkan kesuburan tanah menjadi rendah dan tanah lebih cepat kering karena penguapan yang cepat dan juga terjadinya “leaching” lebih besar. Pada tanah pasir, air akan lebih cepat merembes masuk ke dalam tanah dibandingkan dengan liat. Karena tanah pasir mempunyai pori-pori yang lebih besar dan butiran yang lebih sedikit, sehingga sulit menahan air (Trisnadewi, 2014).
Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir, sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus. Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk gumpal bersudut. Komposisi mineral pada bahan induk tanah mempengaruhi tekstur Ultisol (Prasetyo, 2007).
Karakteristik tanah Inceptisol memiliki solum tanah agak tebal yaitu 1-2 meter, warna hitam atau kelabu sampai dengan cokelat tua, tekstur pasir, debu, dan lempung, struktur tanah remah konsistensi gembur, pH 5,0 sampai 7,0, bahan organik cukup tinggi (10% sampai 31%), kandungan unsur hara yang sedang sampai tinggi, produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi (Ketaren, 2014).
Menurut Simamora (2015), karakteristik jenis tanah andisol pada horison O dengan kedalaman antara 0-11 cm yaitu berwarna Hitam, 2/1 10YR (lembab), tekstur lempung, struktur remah, konsistensi gembur tidak lekat, perakaran halus banyak, perakaran kasar banyak, lapisan nyata. Karakteristik pada horison A yaitu warna Coklat Gelap, 3/3 10YR (lembab). tekstur lempung berdebu, struktur remah, konsistensi gembur tidak lekat, perakaran halus banyak, perakaran kasar banyak, dan lapisan nyata. Sedangkan karakteristik pada horison B adalah berwarna kuning pucat, 7/4 10YR (lembab), tekstur pasir berdebu, struktur gumpal sedang, konsistensi teguh agak lekat, perakaran halus sedikit, dan perakaran kasar sedikit. Tekstur tanah pada horizon A didominasi lempung berdebu, hal ini menandakan dalam horizon A didominasi oleh fraksi liat dan debu. Kompleks ini didominasi oleh fraksi halus Sedangkan pada horizon B didominasi oleh fraksi pasir dan debu (Simamora, 2015).
Berdasarkan beberapa referensi literatur mengenai sifat fisik  dari jenis tanah vertisol, entisol, ultisol, inseptisol, dan andisol tersebut terdapat beberapa perbedaan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan. Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya perbedaan kepekaan dari dari setiap orang pada saat mengamati warna, tekstur, struktur dan konsistensi tanah dengan menggunakan metode perasa menggunakan indera. 



V.  KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

1. Tanah vertisol memliki notasi warna 10 R 3/1 (dark reddish grey), tanah entisol 5 YR 3/2 (dark reddish brown), tanah ultisol 10 R 5/3 (brown), tanah inseptisol 5 YR 3/3 (dark reddish brown), tanah andisol 5 YR 5/3 (reddish brown).
2. Tekstur tanah vertisol adalah lempung berdebu, entisol mempunyai struktur lempung berpasir, ultisol mempunyai struktur lempung liat berpasir, inseptisol mempunyai struktur lempung berpasir, andisol mempunyai struktur lempung berliat.
3. Struktur tanah dari jenis tanah yang diamati yaitu tanah vertisol memilki tipe struktur tanah gempal dan kelas kasar berderajat kuat, tanah entisol bertipe gumpal dan berkelas halus berderajat lemah, tanah ultisol memiliki tipe pejal, berkelas kasar dan berderajat cukupan, tanah inseptisol bertipe Remah berkelas sedang dan berderajat lemah, sedangkan tanah andisol memiliki tipe struktuk gumpal, berkelas kasar dan berderajat cukupan
4. Konsistensi basah jenis tanah vertisol, entisol, ultisol, dan inseptisol memiliki kelekatan lekat,sedangkan jenis tanah andisol tidak lekat. Keliatan jenis tanah entisol, ultisol, inseptisol agak plastis,sedangkan jenis tanah vertisol dan andisol tidak plastis. Konsistensi lembab jenis tanah vertisol dan ultisol teguh, entisol sangat teguh, inseptisol gembur, dan andisol lepas. Konsistensi kering jenis tanah entisol, inseptisol, andosol adalah agak keras, tanah vertisol keras, ultisol sanagt keras.

B.  Saran

Dalam melakukan pengamatan sifat fisik tanah dengan indra, sebaiknya dilakukan dengan teliti dan lebih peka lagi supaya data yang diperoleh lebih tepat.














DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Moch. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Pengguaan Lahan dalam Hubunganya dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian. Vol. XII. No. 2.
Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Foth, Henry  D. 1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University, Yogyakarta.
Hakim, Nurhayati, M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hillel, Daniel. 1982. Introduction to Soil Physycs. Academic Press Inc, Orlando.
Kurnia, undang, Fahmuddin Agus, Abdurachman Adimihardja, Ai Dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Rajawali Pers. Jakarta.
Puja,  I.  2008.  Penuntun  Praktikum  Fisika  Tanah.  Jurusan  Tanah. FAPERTA Universitas Udayana, Bali.
Saribun, Daud S. 2007. Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan dan Kelas Kemiringan Lereng Terhadap Bobot Isi, Porositas Total, dan Kadar Air Tanah Pada Sub-Das Cikapundung Hulu . Jurnal Pertanian. Vol. 2.
Tolaka, Wiliam, Wardah Rahmawati. 2013. Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Primer, Agroforestri dan Kebun Kakao di Subdas Wera Saluopa Desa Leboni Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso. Jurnal Warta Rimba. Vol. 1.



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH PENETAPAN KADAR AIR

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA II PENETAPAN KADAR AIR TANAH Oleh : KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2017 I.    PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Tanah memiliki peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup. Makhluk hidup tidak dapat berpijak jika tidak ada tanah. Tanah adalah bagian permukaan kulit bumi yang merupakan tempat kegiatan organisme. Manusia dan hewan darat melakukan kegiatan seperti hidup, tumbuh dan berkembang, dan kegiatan lainnya di atas tanah. Tanaman juga membutuhkan tanah sebagai media tumbuh tanaman. Tanah menyediakan air dan unsur hara yang baik bagi tanaman. Tanah juga memiliki peranan penting dalam siklus hidrologi. Dalam siklus hidrologi, air hujan yang jatuh mencapai tanah akan mengalami infiltrasi. Infiltrasi adalah peristiwa dimana air bergerak melalui celah!celah dan pori-pori serta batuan yang

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH PENYIAPAN CONTOH TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM   DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA I  PERSIAPAN CONTOH TANAH Oleh : KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2017 I.    PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Tanah (soil) adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara serta merupakan media untuk media tumbuhnya tanaman. Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan, dan lain-lain. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat (Hardjowigeno,2010). Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang  berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan