LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA II
PENETAPAN KADAR AIR TANAH
Oleh :
KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah memiliki peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup. Makhluk hidup tidak dapat berpijak jika tidak ada tanah. Tanah adalah bagian permukaan kulit bumi yang merupakan tempat kegiatan organisme. Manusia dan hewan darat melakukan kegiatan seperti hidup, tumbuh dan berkembang, dan kegiatan lainnya di atas tanah. Tanaman juga membutuhkan tanah sebagai media tumbuh tanaman. Tanah menyediakan air dan unsur hara yang baik bagi tanaman. Tanah juga memiliki peranan penting dalam siklus hidrologi. Dalam siklus hidrologi, air hujan yang jatuh mencapai tanah akan mengalami infiltrasi. Infiltrasi adalah peristiwa dimana air bergerak melalui celah!celah dan pori-pori serta batuan yang ada di bawah tanah yang dapat bergerak secara vertikal dan horizontal di bawah permukaan tanah hingga ke sistem air permukaan.Tanah tidak hanya sebagai media pertumbuhan bagi tanaman, tetapi juga sebagai media pengatur air. Kondisi tanah menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah seperti pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman.
Air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian besar tergantung pada kemampuan tanah menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima ke bawah. Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi air higroskopis, air kapiler dan air gravitasi mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar air tanah sehinngga kita dapat mengetahui tanah yang baik untuk tanaman.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang, dan kadar air maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.II. TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikeringovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. (Hakim, et al, 1986).Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban (Buckman and Brady, 1982).
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid, 2010).
Menurut Hakim, et al (1986) Air tanah dapat digolongkan kedalam tiga bagian berdasarkan tingkatan tegangan, yaitu :
Air bebas (drainase, gravitasi)
Mengisi ruang pori makro pada tanah dalam keadaan lebih basah dari kapasitas lapang. Air ini ditahan pada tegangan kurang dari 1/3 atm. Mudah bergerak karena pengaruh gravitasi, cepat hilang sambil mencuci unsure hara.
Air kapiler
Menempati ruang pori dan dinding-dinding pori makro, yang dtahan tanah pada tegangan lapisan air berkisar antara 1/3 – 31 atm, pada kelembaban tanah antara kapasitas lapang dan koefisien higroskopik. Bergerak lamban melalui penyesuaian tebal lapisan. Berfungsi sebagai larutan tanah dan sebagaian tersedia bagi tanaman.
Air higroskopik
Menempati ruang pori sangat kecil dan menyelimuti partikel padat tanah, yang ditahan tanah pada pada tegangan sekitar 31 – 10.000 atmosfer, pada keadaan tanah lebih kering koefisien hidroskopik. Sebagian besar bersifat non cairan, bergerak dalam bentuk uap dan tidak tersedia bagi tumbuhan.
Penetapan kadar air kapasitas lapang (pF 2.54) menggunakan alat pressure plate apparatus. Penetapan kadar air kapasitas lapang (KL) menggunakan contoh tanah utuh (undisturbed soil sample), yang diambil dengan menggunakan ring sample kemudian tanah tersebut dijenuhi dengan air sampai berlebihan dan dibiarkan selama 48 jam. Kemudian alat ditutup rapat, dan diberi tekanan pF yang dikehendaki yakni 3/4 bar untuk pF 2.54. Jika telah tercapai keseimbangan (setelah diberi tekanan selama 48 jam), contoh tanah dikeluarkan dan ditetapkan kadar airnya dengan metode gravimetric (Lapanjang, et al, 2008).
Secara umum proses resapan air tanah ini terjadi melalui 2 proses berurutan, yaitu infiltrasi (pergerakan air dari atas ke dalam permukaan tanah) dan perkolasi yaitu gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh ke dalam zona jenuh air.Daya infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum yang mungkin, yang ditentukan oleh kondisi permukaan tanah. Daya perkolasi adalah laju perkolasi maksimum yang mungkin, yang besarnya ditentukan oleh kondisi tanah di zona tidak jenuh. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas hujan jika laju infiltrasi masih lebih kecil dari daya infiltrasinya. Perkolasi tidak akan terjadi jika porositas dalam zona tidak jenuh belum mengandung air secara maksimum (Wibowo, 2006).
Jumlah air yang diperoleh tanah tergantung pada kemampuan tanah menyerap cepat dan meneruskan air yang diterima dari permukaan tanah ke lapisan tanah di bawahnya. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah dan bahan organik. Tanah bertekstur liat tidak hanya memiliki permukaan yang luas tetapi juga bermuatan listrik. Muatan listrik memberi sifat pada liat untuk dapat mengikat air maupun hara tanaman pada permukaannya. Inilah yang menyebabkan liat lebih banyak menyimpan air (Intara, et al, 2011).
IV. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain botol timbang, timbangan analitis, keranjang stenlis, cawan tembaga porus, bejana seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2 mm, bak perendam, serbet, kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator. Bahan yang digunakan adalah tanah kering angin vertisol.2. Prosedur Kerja
Kadar air tanah kering angin (udara)Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang (=a gram).
Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2 mm, kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu ditimbang kembali (=b gram).
Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan kedalam oven dengan keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-1000 C selama minimal 4 jam.
Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan menggunakan tang penjepit.
Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit.
Setelah itu, botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (=c gram)
Perhitungan :
Kadar air = ((b-c) )/((c-a)) x 100 %
Ket : (b-c) = massa air ; (c-a) = massa tanah kering mutlak (massa Padatan)
Kadar air Kapasitas Lapang (metode pendekatan)
Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang (= a gram)
Keranjang kuningan yang telah ditimbang diletakkan kedalam bejana seng
Contoh tanah kering angin ∅ 2 mm dimasukkan ke dalam keranjang kuningan setinggi 2,5 cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa ditekan.
Diteteskan air sebanyak 2 ml dengan pipet ukur secara perlahan-lahan pada 3 titik tanpa bersinggungan ( 1 titik = 0,67 ml), kemudian bejana seng ditutup, diletakkan ditempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.
Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang (=b gram).
Perhitungan:
Kapasitas Lapang = 2/(b-(a+2)) x 100 % + Ka
Kadar air maksimum tanah
Cawan porus dan petridis dibersihkan dan diberi label secukupnya.
Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan kedalam petridis kemudian ditimbang (= a gram)
Cawan tembaga porus dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh tanah halus (∅ 0,5 mm) kurang lebih 1/3 nya. Cawan diketuk-ketuk secara perlahan sampai permukaan tanahnya rata, contoh tanah halus ditambahkan lagi 1/3 nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah. Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet.
Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu kayu di bawahnya agar air bebas masuk kedalam cawan tembaga porus. Perendaman dilakukan selama 12-16 jam.
Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet, dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke dalam cawan petridish yang digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (=b gram).
Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105-1100 C.
Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (=c gram).
Tanah yang ada didalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus dibersihkan dengan kuas, dialasi dengan petridis yang sama lalu ditimbang beratnya (= d gram)
Perhitungan :
Kadar air maksimum = ((b-a)-(c-d))/((c-d)) x 100 %
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tanah kering udaraUlangan Botol timbang kosong (a g) (a) + contoh tanah (b g) (b) setelah dioven (c g) Kadar air Tanah Kering Udara (%)
Ka 1 22,08 32,69 31,28 0,15
Ka 2 21,70 30,75 29,55 0,15
Rata - rata 0,15
Kapasitas Lapang
Ulangan Keranjang kuningan kosong (a g) (a) + gumpalan tanah basah (b g) Kadar air kapasitas lapang (%)
KL-1 78,69 89,96 0,36
KL-2 62,53 82,06 0,26
Rata - rata 0,31
Kadar air maksimum
Ulangan Cawan + kertas saring jenuh + petridish (a g) (a) + tanah basah
jenuh air (b g) (b) setelah dioven
24 jam (c g) Petridish + cawan + kertas saring setelah dioven (d g) Kadar air maksimum (%)
KAM-1 92,11 153,14 73,63 91,62 -4,39
KAM-2 92,46 154,81 73,56 91,97 -4,38
Rata - rata -4,38
1. Tanah kering udara
Ka 1 = ((b-c) )/((c-a)) x 100 %
= ((32,69-31,28))/((31,28-22,08)) X 100 %
= 1,41/9,2 x 100 % = 0,15 %
Ka 2 = ((b-c) )/((c-a)) x 100 %
= ((30,75-29,55))/((29,55-21,70)) X 100 %
= 1,2/7,85 x 100% = 0,15 %
Rata-rata = (Ka 1+Ka 2)/2
= (0,15 %+0,15 %)/2 = 0,15 %
2. Kapasitas lapang
KL 1 = 2/(b-(a+2)) x 100 % + Ka
= 2/(89,96-(78,69+2)) x 100 % + 0,15
= 2/9,27 x 100 % + 0,15
= 0,36 %
KL 2 = 2/(b-(a+2)) x 100 % + Ka
= 2/(82,06-(62,53+2)) x 100 % + 0,15
= 2/17,53 x 100 % + 0,15
= 0,26 %
Rata-rata = (KL 1+KL 2)/2
= (0,36 % + 0,26%)/2 = 0,31 %
3. Kadar air maksimum
KAM 1 = ((b-a)-(c-d))/((c-d)) x 100 %
= ((153,14-92,11)-(73,63-91,62))/((73,63-91,92)) x 100 %
= - 4,39 %
KAM 2 = ((154,81-92,46)-(73,56-91,97))/((73,56-91,97)) x 100 %
= -4,38 %
Rata-rata = (KAM 1+KAM 2)/2
= ((-4,39 %)+ (-4,38 %))/2 = - 4,38 %
B. Pembahasan
Menurut Hakim, et al (1986) Air tanah dapat digolongkan kedalam tiga bagian berdasarkan tingkatan tegangan, yaitu :Air bebas (drainase, gravitasi)
Mengisi ruang pori makro pada tanah dalam keadaan lebih basah dari kapasitas lapang. Air ini ditahan pada tegangan kurang dari 1/3 atm. Mudah bergerak karena pengaruh gravitasi, cepat hilang sambil mencuci unsure hara.
2. Air kapiler
Menempati ruang pori dan dinding-dinding pori makro, yang dtahan tanah pada tegangan lapisan air berkisar antara 1/3 – 31 atm, pada kelembaban tanah antara kapasitas lapang dan koefisien higroskopik. Bergerak lamban melalui penyesuaian tebal lapisan. Berfungsi sebagai larutan tanah dan sebagaian tersedia bagi tanaman.
3. Air higroskopik
Menempati ruang pori sangat kecil dan menyelimuti partikel padat tanah, yang ditahan tanah pada pada tegangan sekitar 31 – 10.000 atmosfer, pada keadaan tanah lebih kering koefisien hidroskopik. Sebagian besar bersifat non cairan, bergerak dalam bentuk uap dan tidak tersedia bagi tumbuhan.
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (macro pore) dan pori-pori halus (micro pore). Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori-pori halus berisi air kapiler atau udara (Hardjowigeno, 2010).
Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total (jumlah pori-pori makro + mikro) lebih tinggi daripada tanah pasir (Hardjowigeno, 2010).
Kadar kering air angin adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan turgornya. Kadar kapasitas lapang adalah kandungan lengas maksimal yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Pengukuran data dilaksanakan dengan membahasi tanah hingga lewat jenuh kemudian dibiarkan air mengatus bebas karena gaya gravitasi selama 48 jam. Pada kondisi ini tanah mengandung lengas maksimum yang tersedia untuk tanaman. Pori makro terisi udara, sedangkan pori mikro sebagian terisi air tersedia (Sutanto, 2005).
Kadar air maksimum apabila pori terisi lengas maka tanah jenuh air dan merupakan kondisi maksimum pengikatan lengas (porositas total). Pada kondisi alamiah dapat terjadi pada permikaan tanah setelah hujan, tanah setelah diairi/digenangi, tanah lapisan bawah permukaan yang jenuh air, jeluk/kedalaman 5-10 mm di atas tanah jenuh air(karena terjadi kenaikan kapiler) (Sutanto, 2005).
Kapasitas lapang adalah kondisi ketika komposisi air dan udara di dalam tanah berimbang. Kondisi ini dapat kita lihat seperti pada contoh pot yang telah disiram air hingga jenuh yang mengentaskan semua air hingga tak ada lagi air yang keluar dari lubang yang terdapat pada bagian bawah pot. Hampir semua tanaman menyukai tanah pada kondisi kapasitas lapang.
Titik layu permanen merupakan kandungan air tanah di mana akar – akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang maupun malam hari. Contohnya tanaman di dalam pot yang tidak disiram sehingga kandungan air tanahnya sangat sedikit.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya manahan air lebih kecil dari pada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan dari pada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Air tanah selalu aktif semenjak permulaan dalam membantu proses pembentukan horizon-horizon tanah. Air penting untuk pertumbuhan tanaman dan reaksi-reaksi kimia dalam pelapukan mineral. Air perkolasi membantu siklus unsur hara dan pemindahan liat, oksidasi besi dan aluminium, garam-garam dan lain-lain. Di daerah kering gerakan air ke atas, menyebabkan terjadinya akumulasi garam di permukaan tanah (Hardjowigeno, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, kenyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Hardjowigeno, 2010).
Kadar air tanah kering udara pada tanah vertisol sebesar 0,15 % pada ulangan pertama dan 0,15 % pada ulangan kedua, sehingga diperoleh rata-ratanya adalah 0,15 %. Keadaan tersebut dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah dan kedalaman solum di dalam ring sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2007) yang menyatakan bahwa kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum, makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar air, serta makin dalam kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi.
Kadar air kapasitas lapang pada tanah vertisol ulangan 1 adalah 0,36 % sedangkan pada ulangan 2 sebesar 0,26 %. Jadi, didapatkan rata-ratanya 0,31 %. Hasil karena dipengaruhi oleh besar kecilnya pemberian air pada permukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman and Brady (1982) yang menyatakan bahwa jika pemberian air pada permukaan tanah dihentikan, air akan turun ke bawah lebih cepat.
Kadar air maksimum tanah vertisol pada ulangan pertama adalah -4,39 % dan -4,38 % pada ulangan kedua. Sehingga diperoleh rata-rata -4,38 %. Hasil yang didapat bernilai negativ karena adanya kesalahan dalam pengukuran dikarenakan timbangan yang digunakan rusak.
Dari data atau hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa masing-masing tanah mempunyai kadar air tanah kering udara, kadar air kapasitas lapang, dan kadar air maksimum yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang telah disebutkan di atas.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kadar air tanah merupakan perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut.Kadar air tanah dipengaruhi oleh faktor kadar bahan organik tanah, iklim dan tumbuhan, kedalaman solum atau lapisan tanah, tekstur tanah, dan senyawa kimiawi.
Berdasarkan praktikum, diperoleh hasil perhitungan untuk rata-rata kadar air tanah vertisol adalah sebagai berikut:
a. Kadar air tanah kering udara dengan rata-rata 0,15 %.
b. Kadar air kapasitas lapang tanah dengan rata-rata 0,31 %.
c. Kadar air maksimum tanah sebesar dengan rata-rata -4,38 %.
B. Saran
Sebaiknya alat-alat praktikum yang sudah rusak segera diganti atau diperbaharui agar praktikan dalam melakukan pengamatan tidak ada data yang keliru.DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982. Dasar Ilmu Tanah. Bhatara Karya,Jakarta.
Hakim, Nurhayati, M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Intara, Yazid Ismail, Asep Saepul, Erizal, Namaken Sembiring, M. H Bintoro Djoefrie. 2011. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Pada Tanah Liat dan Lempung Berliat Terhadap Kemampuan Mengikat Air. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 16 No. 2 hlm 130-135.
Lapanjang, Iskandar, Bambang Sapta Purwoko, Hariyadi, Sri Wilarso Budi R, Maya Melati. 2008. Evaluasi Beberapa Ekotipe Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) untuk Toleransi Cekaman Kekeringan. Jurnal Agronomi. Vol. 3 hlm 263-269
Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sutanto, R. 2005.Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Jakarta.
Wibowo, Mardi. 2006. Model Penentuan Kawasan Resapan Air untuk Perencanaan tataruang Berwawasan Lingkungan. Jurnal Geologi. Vol. 1 No. 1 hlm 1-7.
Baca Juga : LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH PENYIAPAN CONTOH TANAH
Comments
Post a Comment